Rabu, 17 Februari 2016

Istri Binal menggoda ayah mertua

Ini berawal saat ibunya sakit dan harus masuk rumah sakit dan Hardi harus terbang ke luar kota untuk urusan bisnis yang amat penting. Hardi tadinya tak setuju saat Rina meminta Papa Hardi, agar menginap di rumah mereka untuk sementara untuk menemaninya pergi ke rumah sakit, mengatakan padanya bagaimana hal itu akan mengganggu pikirannya karena dia adalah titik penting dalam negosiasi kali ini.

Dan pikiran yang sangat mengganggunya itu adalah karena dia curiga sudah sejak dulu Papanya ada ‘perasaan lain’ pada Rina istrinya. Rina merasa sangat marah pada Hardi, karena sangat egois dan dengan perasaan cemburunya itu. Bukan hanya kali ini Hardi meragukan kesetiaannya terhadap perkawinan mereka dan kali ini dia merasa telah berada dalam puncaknya.. Dan dia tahu dia akan membuat Hardi membayar sikapnya yang menjengkelkan itu.

Ketika itu terjadi, Papa mertuanya tiba pada hari sebelum Hardi terbang ke luar kota untuk bertemu kliennya. Dia tidak membiarkan kedatangan Papanya mengganggu jadwalnya, meskipun dia akan membiarkan Papanya bersama Rina tanpa dia dapat mengawasinya selama beberapa hari kedepan. Ini adalah segala yang Rina harapkan dan lebih, ketika dia menyambut Papa mertuanya dengan secangkir teh yang menyenangkan..

Dia bisa katakan dari perhatian Papa mertuanya yang ditunjukkannya pada kunjungan itu. Mata Papa mertuanya berbinar saat dia tahu Hardi akan pergi besok pagi-pagi benar, dan dia mendapatkan Rina sendirian dalam beberapa hari bersamanya. Rina sangat menarik, yang sungguhpun dia tahu sudah tidak punya kesempatan terhadap Rina, dia masih berpegang pada harapannya, dan berbuat yang terbaik untuk mengesankannya, dan menggodanya.

Rina tersanjung oleh perhatiannya, dan menjawab dengan mengundang bahwa mereka berdua dapat mulai untuk membiarkan harapan dan pemikiran yang telah dia kubur sebelumnya untuk mulai kembali ke garis depan itu.

Sudah terlambat untuk jam kunjungan rumah sakit sore itu, sehingga mereka akan kembali lagi esok paginya sekitar jam sebelas. Rina menuangkan beberapa gelas wine untuk mereka berdua sekembalinya dari rumah sakit petang itu.

“Aku harus pergi dan mandi.. Aku kira aku tidak punya waktu pagi nanti”.
“Oh bisakah Papa membiarkan showernya tetap hidup? Aku juga mau mandi jika Papa tidak keberatan.”

Rina mau tak mau nanti akan menyentuh dirinya di dalam shower, bayangan tangan Papa mertuanya pada tubuhnya terlalu menggoda dan rasa marah terhadap suaminya sangat sukar untuk dienyahkan dari pikirannya.

Dia belum terlalu sering mengenakan jubah mandi sutera itu sebelumnya, tetapi memutuskan untuk memakainya malam ini. Hasrat hatinya mendorongnya untuk melakukannya untuk Papa mertuanya, Hardi bisa protes padanya jika dia ingin. Terlihat pas di pinggangnya dan dengan tali terikat, membuat dadanya tertekan sempurna. Itu nampak terlalu ‘intim’ saat dia menunjukkan kamar mandi di lantai atas. Rina meninggalkannya, dan kemudian kembali semenit kemudian.

“Aku menemukan salah satu jubah mandi Hardi untuk Papa” dia berkata tanpa berpikir saat dia membukakan pintu untuknya. Di dalam cahaya yang remang-remang Rina dapat melihat pantatnya yang atletis.

Mereka duduk bersama di atas sofa, melihat TV. Dan setelah dua gelas wine lagi, Rina tahu dia akan mendorong ‘keinginan’ manapun yang Papa mertuanya ingin lakukan. Dia sedikit lebih tinggi dari Hardi, maka jubahnya hanya sampai setengah paha berototnya. Mau tak mau Rina meliriknya sekilas dan ingin melihat lebih jauh lagi. Dengan cara yang sama, Papa mertuanya sulit percaya akan keberuntungannya untuk duduk disamping Rina yang berpakaian sangat menggoda dan benaknya mulai membayangkan lebih jauh lagi. Papa mertuanya akan dikejutkan nantinya jika dia kemudian mengetahui hal sederhana apa yang akan membuat hasratnya semakin mengakar..

Besok adalah hari ulang tahun Rina, dan Hardi lupa seperti biasanya, alasannya bahwa tidak ada waktu untuk lakukan apapun ketika dia sedang pergi, dan dia telah berjanji pada Rina kalau dia akan berusaha untuk mengajaknya untuk sebuah dinner yang manis ketika pulang. Kenyataannya bahwa Papa mertuanya tidak hanya tidak melupakan, tetapi membawakannya sebuah hadiah yang menyenangkan seperti itu, menjadikan hatinya lebih hangat lagi. Dia seperti seorang anak perempuan kecil yang sedang membuka kotak, dan menarik sebuah kalung emas.

“Oh Papa.. Papa seharusnya tidak perlu.. Ini indah sekali”
“Tentu saja aku harus.. Tapi aku takut itu tidak bisa membuat kamu lebih cantik Sayang.. Sini biarku kupasangkan untukmu”
“Ohh Papa!”

Rina merasa ada semacam perasaan cinta untuknya saat dia berada di belakangnya. Dia harus lebih dulu mengendurkan jubah untuk membiarkan dia memasang kaitan di belakang, dan ketika dia berbalik ke arahnya, Papa mertuanya tidak bisa menghindari tetapi matanya mengarah pada belahan dada Rina yang menyenangkan.

“Oh.. Apa rantainya kepanjangan?” ia berharap, menatap kalung yang melingkar di atas dada lezatnya.
“Tidak Pa.. Ini menyenangkan” dia tersenyum, menangkap dia memandang ke sana lebih banyak dari yang seharusnya diperlukan.
“Oh terima kasih banyak..”

Rina menciumnya dengan agak antusias dibanding yang perlu dilakukannya dan putus tiba-tiba dengan sebuah gairah dipermalukan. Kemudian Papa mertuanya menangkap momen itu, menarik punggungnya seolah-olah meredakan kebingungannya dan menciumnya dengan perasaan jauh lebih dibandingkan perasaan seorang mertua terhadap menantunya.

“Selamat ulang tahun sayang” katanya, saat senyuman mereka berubah jadi lebih serius.
“Oh terimakasih Papa”

Rina menciumnya kembali, menyadari ini adalah titik yang tak bisa kembali lagi, dan kali ini membiarkan lidahnya ‘bermalas-malasan’ terhadapnya. Dia baru saja mempunyai waktu untuk merapatkan jubahnya kembali saat Hardi meneleponnya untuk mengucapkan selamat malam dan sedikit investigasi. Hardi ingin bicara pada Papanya dan memintanya agar menyimpan cintanya untuk ibunya yang sudah meninggal. Mata Rina tertuju pada Papanya saat dia menenteramkan hati putranya di telepon, mengetahui dia akan membiarkan pria ini melakukan apapun..

“Aku sangat suka ini Pa..” Rina tersenyum ketika telepon dari Hardi berakhir. Dia menggunakan alasan memperhatikan kalungnya untuk membuka jubahnya lagi, kali ini sedikit lebih lebar.
“Apa Papa pikir ini cocok untukku?”
“Mm oh ya..” dia tersenyum, matanya menelusuri bagian atas gundukan lezat Rina, dan untuk pertama kalinya membiarkan gairahnya tumbuh.

Rina secara terbuka mempresentasikan payudaranya untuk Papa mertuanya, membiarkan dia menatapnya ketika dia membusungkan dadanya jauh lebih lama dibandingkan hanya sekedar untuk memandangi kalung itu. Dia mengangkat tangannya dan memegang mainan kalung itu, mengelus diantara dadanya, menatap tajam ke dalam matanya.

“Kamu terlihat luar biasa dengan memakainya” dia tersenyum.

Nafas Rina yang memburu adalah nyata ketika tangan Papa mertuanya telah menyentuhnya di sana, dan pandangannya yang memikat saat Papa mertuanya menyelami matanya memberi dia tiap-tiap dorongan. Mereka berdua tahu apa yang akan terjadi kemudian, sudah terlalu jauh untuk menghentikannya sekarang. Dia akan bercinta dengan Papa mertuanya. Mereka berdua juga menyadari, bahwa tidak perlu terburu-buru kali ini, mereka harus lebih dulu membiarkan berjalan dengan sendirinya, dan walaupun kemudian itu akan menjadi resikonya nanti.

Rina bisa melihatnya sekarang kalau ‘pertunjukannya’ yang nakal telah memberi efek pada gairah Papa mertuanya. Gundukan yang terlihat nyata di dalam jubahnya menjadikan jantungnya berdebar kencang, dan Papa mertuanya menjadi bangga ketika melihatnya menatap itu, seperti halnya dia yang memandangi payudaranya.

“Papa sudah cukup merayuku.. Papa nakal!” Rina tersenyum pada kata-kata terakhirnya, memberi dia pelukan yang lain. Pelukan itu berubah menjadi sebuah ciuman, dan kali ini mereka berdua membiarkan perasaan mereka menunjukkannya, lidah mereka saling melilit dan memukul-mukul satu sama lain. Rina merasa tali jubahnya mengendur, dan Papa mertuanya segera merasakan hal yang sama.

“Oh Papa.. Kita tidak boleh” dia menjauh dari Papa mertuanya sebentar, tidak mampu untuk hentikan dirinya dari pemandangan jubahnya yang terbuka cukup lebar untuk melihat ujung penisnya yang tak terukur membesar diantara pahanya yang kuat.

“Ohh Rina.. Aku tahu.. Tapi..........” dia menarik nafas panjang, memandang pada perutnya untuk melihat kewanitaan Rina yang sempurna, telah merekah dan mengeluarkan cairannya. Detak jantung Rina bahkan jadi lebih cepat saat dia lihat tonjolan di selangkangan Papa mertuanya menghentak lebih tinggi ke udara saat Papa mertuanya memandang bagian paling intimnya.

“Oh Papa sayang..” desahnya pelan saat Papa mertuanya kembali memeluknya, jubahnya tersingkap dan dia terpana akan tonjolan di selangkangan Papa mertuanya yang sangat besaritu. Itu sepertinya memuat dua prem ranum yang membengkak dengan benihnya yang berlimpah. Dia tidak bisa hentikan dirinya sekarang.. Dia membayangkan dirinya berenang di dalamnya.

“Rina .. Betapa lamanya Papa menginginkanmu..” katanya saat ia menggapai paha Rina.
“Oh Papa.. Seandainya aku tahu.. Setiap kali Hardi bercinta denganku aku membayangkan itu adalah Papa yang di dalamku.. Ouch...Papa.. ”
“Sungguh Rina....???” jawabnya, diteruskan dengan mencium leher Rina dan turun pada dadanya, dan membuka jubahnya lebih lebar lagi agar tangannya dapat memegang payudara Rina. Mereka berdua ingin memanfaatkan momen itu..
“Apakah kamu ingin aku di sana sekarang?”
“Oh Papa.. Ya.. Papa” erangnya kemudian mengangkat jubahnya dan tangannya meraih penis Papa mertuanya.
“Rina sangat menginginkannya Pa....”
“Oh Rina.. , apakah ini yang kamu ingin?” dia mengerang, memegang jari Rina di sekitar batang berdenyutnya yang sangat besar.
“Oh ya Papa.. Penis Papa.. Aku ingin penis Papa di dalamku”
“Oh Rina...kamu sangat cantik.. Apa kamu menginginkannya di sini?” Rina hanya melenguh, ketika Papa mertuanya menjalankan jemarinya yang pintar sepanjang celah vaginanya, menggodanya, membuat matanya memejam dengan nikmat. "Ouch...Pa..." Rina hampir merintih ketika dia menatap mata Papa mertuanya.

“Mm penis Papa di dalam vaginaku”
“Ahh menantuku tercinta” Rina menjilat jarinya dan menggosoknya secara lembut di atas ujung kejantanan Papa mertuanya yang telah tegang, membuat Papa mertuanya merasa kelonjotan dengan kenikmatan itu.
“Papa ingin jadi nakal kan Pa.. Papa ingin orgasme di dalamku” Rina menggoda.

0 komentar

Posting Komentar